Tampilkan postingan dengan label Tugas bahasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tugas bahasa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 Juli 2012

CERPEN - Aneh, Tapi......Manis


Aneh,
Tapi......Manis

                Hai aku Ana, ada satu hal yang ingin kutanyakan. Anda pernah jatuh cinta bukan? Saat dimana anda merasa sulit sekali untuk melepaskan bayang-bayang orang yang anda cintai. Perasaan tidak menentu yang tidak mampu anda gambarkan dengan berbagai kata-kata. Degup jantung yang tiba-tiba saja menjadi cepat  dan tidak beraturan dan keringat yang terkadang muncul membasahi tubuh, padahal cuaca sedang tidak panas. Atau dalam sekejap terkadang anda tidak dapat berkata dalam artian ‘kehabisan kata’. Dalam situasi buyar, hilang semua yang ada dalam pikiran dimana sebelumnya berbagai kalimat telah siap, tertata rapi, tersusun secara sistematis. Nyaris sulit, bahkan sangat sulit untuk dilontarkan oleh mulut. Akan tetapi bersamaan dengan semua itu, ada rasa nyaman dan ada kebahagiaan muncul disana. Semua itu bisa terjadi saat bertemu dengan ‘si dia’.
            “Cinta...” gumamku
Cinta! Saat menggumamkan kata ini, hatiku sedikit berdebar ada sebuah getaran aneh yang muncul di dada ini. Karena apa? Karena disini di hati ini masih ada sebuah tanda tanya besar tersimpan. Masih adakah cinta untukku? Cerita ini sengaja kumulai dari pertengahan perjalanan cinta yang pernah kualami.
Sewaktu duduk di kelas 2 suatu SMP negeri yang populer dikawasan kabupaten Bangli. Aku mengenal seorang cowok bernama Bayu. Dia tidak satu sekolah denganku. Dia bersekolah di Ibukota, jarak sekolah tentunya cukup jauh dari sekolahku. Akan tetapi meskipun jarak yang cukup jauh, tak menyurutkan niat kami untuk menjalin sebuah hubungan.
Awal perkenalanku dengannya cukup menarik kukira. Karena kami bisa kenal lebih dekat, karena sebuah insiden yang berasal dari salah satu temanku. Panggil saja Dewi. 

CERPEN - Big Hug...


Big Hug...


Mentari bersinar sangat terik. Langit terlihat tenang dan bersih, tak terlihat awan sama sekali. Kalaupun ada hanya beberapa. Di tengah lapangan debu-debu berterbangan seolah-olah menari. Sejuknya udara pagi ini membuatku semakin bersemangat untuk melakukan aktifitas pagi ini. Ini bukan hari biasanya untukku maupun teman-temanku. Dengan seragam biru langit dipadukan dengan sebuah celana hitam hingga lututku. Tak lupa juga sebuah ID sekolah, yang bertuliskan dipunggungku “SD Negeri 5 Kawan ”. Yang terakhir, sepasang sepatu hitam lengkap dengan kaos kakinya telah terpasang indah dan rapi di kedua kakiku. Mau kemanakah aku ini? Sekolah tentunya...
            “Yapp, siap ! Berangkat !!!” seruku.
            “Ma.. Pamit ya..”
            “Iya nak..hati-hati..” kata Ibuku.
            Aku, Indri seorang murid SD berusia 12 tahun. Sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang murid untuk pergi kesekolah. Bisa dikatakan sekolah adalah rumah kedua bagiku. Disana aku belajar, bertemu teman-teman, guru, bermain dan yang lainnya. Seperti halnya yang kulakukan saat ini , sekarang tepat bulan tengah semester yaitu, waktunya kami bagi para siswa untuk mempersiapkan diri beberapa hari sebelum nantinya ulangan kenaikan kelas akan dilaksanakan. Yahh..bisa dibilang ini untuk menghilangkan rasa deg-degan kami.
“Holaa semua...” seruku pada teman-temanku ketika sampai disekolah. Mereka lagi kumpul di halaman sekolah dan menyorakiku huhh...
            “Oh hey In... pagi juga nih datengnya” kata Sintya.
“Hahaha iya dong sin, harus semangatlah masa pagi-pagi udah loyo...ya ga?? ya ga ?? Eh yang lain kemana nih? ” Tanyaku pada Sintya.
            “Yang lain siapa? Liat dong nih sekolah udah lumayan rame ckck”
“Lah dasar kamu ini, itu cimit-cimit lagi 2, di Ditha sama Yuli. Udah siang begini kok

PIDATO - Menjaga kebersihan lingkungan

Salah satu tugas bahasa Indonesia di SMA aku. Disuruhnya untuk buat pidato dan ini dia....


Menjaga kebersihan lingkungan


“ Om Swatyastu “

Yang Terhormat Bapak Guru Bahasa Indonesia,

Serta  teman-teman sekalian yang saya cintai,

                    Pertama – tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat beliaulah kita dapat berkumpul bersama – sama di tempat ini dalam keadaan sehat.

                    Perlu kita sadari bawasannya lingkungan adalah tempat kita semua makhluk hidup baik tumbuhan, hewan maupun manusia menggantungkan hidup. Oleh sebab itu, kita harus sedapatnya menjaga lingkungan tempat tinggal kita dengan baik. Dengan begitu bumi tempat kita tinggal ini nantinya akan menghasilkan keuntungan bagi kita semua, bukanlah kerugian atau bahkan bencana bagi kita. Salah satu cara agar lingkungan kita ini tidak memberikan dampak negatif seperti bencana tersebut adalah menjaga kebersihan lingkungan.

             

CERITA RAKYAT (SANGKURIANG)




1.      Pengertian cerita rakyat

Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa

2.      Ciri-ciri / karakteristik cerita rakyat
·      Bersifat anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
·      Bersifat komunal, artinya cerita rakyat masyarakat secara kolektif.
·      Berkembang dari mulut ke mulut.

3.      Sinopsis

Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan). Seekor babi hutan betina bernama Wayung yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum air seni tadi. Wayungyang hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Banyak para raja yang meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima.
Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permitaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Ketika sedang asyik bertenun, toropong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki diberi nama Sangkuriang.