Minggu, 22 Juli 2012

CERPEN - Big Hug...


Big Hug...


Mentari bersinar sangat terik. Langit terlihat tenang dan bersih, tak terlihat awan sama sekali. Kalaupun ada hanya beberapa. Di tengah lapangan debu-debu berterbangan seolah-olah menari. Sejuknya udara pagi ini membuatku semakin bersemangat untuk melakukan aktifitas pagi ini. Ini bukan hari biasanya untukku maupun teman-temanku. Dengan seragam biru langit dipadukan dengan sebuah celana hitam hingga lututku. Tak lupa juga sebuah ID sekolah, yang bertuliskan dipunggungku “SD Negeri 5 Kawan ”. Yang terakhir, sepasang sepatu hitam lengkap dengan kaos kakinya telah terpasang indah dan rapi di kedua kakiku. Mau kemanakah aku ini? Sekolah tentunya...
            “Yapp, siap ! Berangkat !!!” seruku.
            “Ma.. Pamit ya..”
            “Iya nak..hati-hati..” kata Ibuku.
            Aku, Indri seorang murid SD berusia 12 tahun. Sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang murid untuk pergi kesekolah. Bisa dikatakan sekolah adalah rumah kedua bagiku. Disana aku belajar, bertemu teman-teman, guru, bermain dan yang lainnya. Seperti halnya yang kulakukan saat ini , sekarang tepat bulan tengah semester yaitu, waktunya kami bagi para siswa untuk mempersiapkan diri beberapa hari sebelum nantinya ulangan kenaikan kelas akan dilaksanakan. Yahh..bisa dibilang ini untuk menghilangkan rasa deg-degan kami.
“Holaa semua...” seruku pada teman-temanku ketika sampai disekolah. Mereka lagi kumpul di halaman sekolah dan menyorakiku huhh...
            “Oh hey In... pagi juga nih datengnya” kata Sintya.
“Hahaha iya dong sin, harus semangatlah masa pagi-pagi udah loyo...ya ga?? ya ga ?? Eh yang lain kemana nih? ” Tanyaku pada Sintya.
            “Yang lain siapa? Liat dong nih sekolah udah lumayan rame ckck”
“Lah dasar kamu ini, itu cimit-cimit lagi 2, di Ditha sama Yuli. Udah siang begini kok
belum datang sih, kebiasaan deh...”
“Teeeettt...ttt” Nyaring terdengar bunyi bel sekolah. Bel yang menandai semua murid dari kelas 1-kelas 6 harus segera berkumpul di halaman sekolah. Dan bersamaan dengan itu kedua temanku, Ditha dan Yuli pun datang. Dasar mereka ini...haa
            Masing-masing ketua kelas telah siap di depan pasukan mereka dan memberi aba-aba. Ku lirik kearah paling kanan, tempat murid kelas 1. Wah mereka lucu – lucu sekali, sudah kecil, imut pula lagi. Aaa pingin deh dicubit pipinya. Hihi... “Eitss...” kurasakan seseorang menyikut lenganku. “Eh baris yang bener...siap gerak tau, malah istirahat” tegur Anan salah satu teman cowokku di kelas. Hampir saja aku lupa kalau sedang berbaris... ada-ada saja.
“Baik anak-anak hari ini kita akan mengadakan beberapa lomba untuk merayakan hari tengah semester kali ini. Bapak harap kalian bisa mengikuti dengan baik. “ kata Bapak Guru.
            Dibacakanlah beberapa urutan lomba yang bisa diikuti bagi kami semua, diantaranya lomba gigit sendok yang diisi kelereng untuk anak kelas 1 dan 2, kemudian lomba balap karung untuk anak kelas 3 dan 4, dan lomba menangkap belut bagi anak kelas 5 dan 6. Wah kami murid kelas 6 kebagian nangkap belut.. iii menggelikan..Setelah daftar lomba selesai dibacakan, kegaduhan mulai terdengar biasalah murid-murid kalau sudah senang. Begini nih, lupa situasi. Haha..
“Anak-anak tolong diam sebentar. Bapak masih bicara. Jadi, sebelum kegiatan lomba dilaksanakan mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing agar apa yang kita lakukan hari ini dapat berjalan dengan lancar dan bermanfaat bagi kita semua. Berdoa dimulai... “
            Kami semua menundukkan kepala sejenak. Keheningan terasa seketika. Sungguh hikmat, dalam hati aku berdoa berharap semuanya berjalan dengan baik.
 “Selesai...” kata Pak guru.
“Baik anak-anak, seluruhnya siap gerak, tanpa penghormatan, balik kanan bubar, jalan!”
Bubarlah seluruh barisan, lautan siswa dimana-mana. Serasa seperti keluarga besar saja, bayangkan jumlah murid kelas 1 sampai dengan kelas 6 mungkin sekitar 250 lebih siswa. Wow.. banyak juga. Perlombaan pertama yang diadakan adalah bagi siswa kelas 1 dan 2. Wah lucu sekali mereka ini. Haha aku memang sedikit suka dengan anak kecil, apalagi adik-adik kelasku ini. Mereka pendek-pendek sekali, bahkan ada yang hingga perutku tingginya. Kecil sekali bukan.
“Baik...bapak bacakan pemenangnya juara 1 Wira dari kelas 2a, juara 2 Rias dari kelas 1b, dan juara 3 Ayu dari kelas 1a” Seru Pak guru memberikan pengumuman.
“Yeeeeeyyy.....” seru kami para kakak kelas. Sungguh cukup meriah juga acara ini.
Setelah lomba bagi para adik kelas selesai, selanjutnya kini giliran kami yang berlomba. Yaitu lomba menangkap belut. Mendengarnya saja aku sudah cukup agak takut. Belut itu kan menggelikan, membayangkannya saja seperti membayangkan seekor ular. Panjang, berlendir, berlikak likuk di air aaah benar-benar seperti ular saja. Kami dari kelas 5 dan 6 dikumpulkan di lapangan Basket sekolah ini. Tidak luas memang tapi tidak terlalu kecil juga, yah sedang lah. Setidaknya cukup untuk diadakan perlombaan disini. Persiapan ditempat ini juga sudah dilakukan, wah guruku memang hebat. Mereka kreatif. Beberapa buah botol minuman besar berisi air telah tertata rapi di salah satu ujung sisi lapangan ini. Kemudian dengan jarak kira-kira 4meter. Di sisi berlawanan lainnya telah tertata rapi juga beberapa ember hitam yang berisikan beberapa ekor belut.
Kami diperintahkan untuk membentuk kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Aku berkelompok dengan Sintya, Ditha dan Yuli. Semua murid telah membentuk kelompok, Ibu Guru wali kelasku bernama Ibu Ari telah berdiri di depan kami semua.
“Baik anak-anak sudah semua dapat kelompok?” Ucap Ibu Ari
“Sudah Bu...” jawab kami serempak
“Baiklah jika begitu, jadi peraturannya disini adalah, 1 kelompok anak berbaris di depan botol air yang disediakan. Kemudian ketika peluit dibunyikan, satu anak berlari kedepan kearah ember hitam itu, dan mengambil 1 belut. Setelah dapat, anak kembali berlari ke tempat botol air, dan masukkan belut itu kedalamnya. Begitu seterusnya barisan kedua hingga keempat. Begitu waktu selesai, peluit akan dibunyikan kembali. Anak-anak tidak boleh mengambil belut. Mengerti anak – anak. Apa ada pertanyaan?”
Salah satu temanku, Indra mengacungkan jarinya dan berkata “Haruskah 1 belut yang diambil Bu? Bagaimana kalau lebih?”
“Iya harus satu. Tidak boleh lebih. Apa ada lagi? Baiklah jika tidak ada mari kita mulai perlombaan ini.” Jawab Ibu Ari.
            Setelah mendengar penjelasan Ibu wali kelasku aku dan teman-teman langsung berkumpul dan menyusun strategi.
“Kata Ayahku, kalau menangkap belut kita pegang kepalanya trus jepitkan dengan jari telunjuk dan ibu jari. Pasti tidak akan lepas” Sintya memberi tahu.
“Oh iya, begitu dah Ayahku juga bilang begitu padaku.” Sahut Yuli memberi dukungan tentang cara itu.
“O ow..okelah, kita pakai yang itu... “ jawabku.
“Wah kok kayaknya susah yah, ak kurang bisa mengikuti nih. Aku gimana aja ya, yang penting kan belutnya sampai” timpal Ditha, yang sedari tadi diam melihat kami berdiskusi.
Baiklah acara diskusi selesai, kami mendapat giliran bermain babak kedua.
Jadi sebelumnya kami bisa melihat dululah, kira-kira kelemahan tim lain seperti apa. Ada pemandangan yang cukup aneh kulihat. Diujung sana, tempat ember belut. Kulihat wali kelasku dengan mudahnya mengambil belut, dihitungnya belut-belut itu satu persatu ke dalam ember. Hingga jumlah semuanya sama rata. Waduh, sejak kapan Ibu Ari berani megang belut? Pikirku.
            “Sin..sin, liat deh Bu Ari kok berani ya megang belut”
“Hahaha kalau nggak salah nih, Bu Ari kan punya budidaya belut In, makannya Ibunya pasti sudah sering deh megang belut” jawab Sintya.
“Ooo Ibu Ari kan memang punya budidaya belut kok, tanya aja anaknya tuh ...” jawab Ditha meyakini sambil melirik kearah anak Ibu Ari yang memang satu kelas dengan kami Andika namanya.
Tak lama lomba pun dimulai. Sorakan murid-murid, mendukung tim jagoannya pun mulai terdengar. Aah ini terlihat cukup susah juga ya. Beberapa ada yang menjatuhkan belutnya dan diambil lagi, mungkin karena terlalu licin akibat lendirnya itu. Sepertinya memang susah untuk mengambil lebih dari satu.
“Teman-teman kita ambilnya satu-satu aja yuk, daripada banyak nanti jatuh, lalu kita ambil. Itu pasti akan buang-buang waktu. Lebih baik satu, tapi cepat sampai. Gimana?” kata Yuli memberi saran.
Aku, Sintya dan Ditha hanya mengangguk setuju. Kami bertiga sedang asyik melihat jalannya perlombaan. Tetapi walaupun begitu kami tidak mengabaikan perkataan Yuli tadi. Malah sebainya seperti itu.
“Aaah deg-degan nih...” Kataku
“Wah aku juga loo... gimana ya? Itu geli tapi...” jawab Sintya
“Gak apa teman-teman belut gak gigit kok, kan gak punya gigi. Kalau sudah sampai di depan embar, masukkin aja tangan kita terus ambil deh satu. Gampang kan J “ timpal Yuli dengan santainya.
“Allaaah kamu ini gampang banget ngomong ckck “ sahut Ditha.
“Ahaha ga apalah, gitu aja deh. Pokoknya kita harus hati-hati, usahain cepet. Oke teman-teman?” ucapku memberi semangat.
“Oke!” jawab mereka serempak dengan semangat.
Baiklah kami telah siap di depan botol minuman. Dengan urutan barisan, Yuli pertama, kemudian Sintya, lalu Aku, dan yang terakhir tentunya Ditha. Mau siapa lagi? Haha. Peluit pertama dibunyikan, dengan cepat Yuli berlari kedepan kearah ember hitam berisi belut itu. Wah dia cukup gesit juga, satu belut telah terisi di botol kami. Sementara kelompok lain belum. Permulaan yang cukup baik.
“Ayo kelompoknya Indri,.....” teriak salah seorang teman sekelasku memberi kami semangat. Diikuti dengan iringan sorakan riuh teman-temanku yang lainnya. Selanjutnya giliran Sintya, sepertinya dia sedikit mengalami kesulitan di depan sana. Tapi cepat juga dia berlari kesini. Wah 2 sudah belut kami. Dan kini giliranku, dengan sekuat tenaga aku berlari kedepan. Kemudian dengan cepat kuraih seekor belut, ku genggam kuat-kuat agar tidak jatuh. Dan yapp... 3 sudah belut yang kami dapatkan. Yang selanjutnya adalah Ditha, wah dia tak kalah hebatnya juga dengan kami. Di dapatkannya seekor belut juga, meskipun sedikit terkendala dengan lendir pada belut itu. Membuat belutnya sedikit bergoyang ketika ingin dimasukkan ke dalam botol, hampir saja belut itu jatuh. Untungnya Ditha memakai kedua tangannya. Benar-benar kerja tim diuji disini. Kami harus kompak.
“Ayo Yul sekarang giliranmu...” ucapku mengingatkan Yuli.
“Oke...” jawabnya segera berlari.
Begitulah jalannya perlombaan, hingga peluit panjang dibunyikan. Ketika Sintya berlari dan akan meraih salah satu belut. Dan hasilnya adalah 11 belut kami dapatkan. Lumayan banyak. Akan tetapi pengumuman dari Ibu Ari masih kami tunggu. Untuk memastikan siapa juaranya. Sintya yang berada di ujung, tempat ember hitam. Berlari menghampiri kami bertiga. Satu persatu botol air diambil dan dihitunglah jumlah belutnya. Mereka hebat-hebat ada yang jumlahnya 9, 10 bahkan ada satu tim yang jumlahnya sama dengan kami. Bagaimana ini?
“Baiklah Ibu umumkan juaranya, Juara ketiga diraih murid kelas 5 dengan jumlah belut 9 ekor” seru Ibu Ari diiringi tepuk tangan meriah dari penonton.
“Juara kedua diraih murid kelas 5 juga dengan jumlah belut 10 ekor” kali ini tim yang disebutkan itu jingkrak-jingkrak tidak jelas.
Tibalah pengumuman untuk juara pertama. Dalam hati aku berkata “Ya Tuhan, menang yah?” Aku, Ditha, Sintya, dan Yuli berharap bahwa kamilah pemenangnya, dilihat dari jumlah belut kamilah yang paling banyak. Tetapi dari murid kelas 5 juga mendapatkan belut dengan jumlah yang sama dengan kami.
“Dan untuk juara pertama, karena disini 2 tim mendapatkan jumlah belut yang sama. Akan tetapi Ibu mencari proses yang benar-benar bersih.”
Deg..deg..deg.. jantungku berdegup cukup kencang. Ku tatap ketiga temanku. Dengan pangdangan bertanya seolah-olah berkata “Apa maksudnya? Bersih?”
“Tim dari murid kelas 5 dan murid kelas 6 mendapatkan jumlah belut yang sama yaitu 11 ekor. Akan tetapi ketika murid kelas 5 mengambil belut, sempat terjatuh salah satunya. Sedangkan tim murid kelas 6 tidak menjatuhkan satupun belut dalam perlombaan”
Raut wajah yang cukup berseri muncul dari Aku, Ditha, Sintya dan Yuli. Begitu juga teman-teman sekelasku. Kami sudah bisa cukup menangkap kesimpulan dari Ibu Ari. Akan tetapi pengumumannya belum resmi. Jadi kami dengan perasaan sedikit lega mendengar kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Bu Ari.
            “Jadi anak-anak pemenangnya adaaalaah..... tiiiiiiiimmmm dari.... “
“Ahh Ibu jangan lama-lama dong nyebutinnya...”Ucapku dalam hati.
“MURID KELAS 6!!!!” Seru Ibu Waliku itu dengan semangatnya..
                        Mendengar itu, aku dan semuanya langsung berteriak, bersorak, berpelukan. Tumpah sudah kegembiraan kami semua disana. Betapa senangnya kami. Hasil kerja kami tidak sia-sia. Dengan kekompakkan kami, kebersamaan, diraihlah juara ini. Meskpun ini bukan perlombaan yang cukup bergengsi. Akan tetapi, bagi kami tidak ada yang lebih penting dari sebuah rasa persaudaraan, kebersamaan, dan kebahagiaan. Aku sayang kalian teman-temanku.
                       

Kau alasanku bernyanyi
                        Alasanku nikmati
                        Indahnya hari yang hadir dalam hidupku
                        Kau alasanku berharap
                        Alasan ku percaya
                        Engkaulah alasan yang terbaik BAGIKU..

                                                                                                    (Zahra, Alasan)

Tidak ada komentar: